Fistula ani pada anak tentu akan membuat orangtua panik. Ketika orang tua melihat gejala yang tidak biasa pada anak mereka, seperti ruam popok yang terus-menerus atau keputihan yang tidak normal, naluri untuk mencari jawaban segera muncul.
Sementara fistula anal jarang terjadi pada anak-anak, hal itu dapat terjadi karena penyebab yang unik seperti kelainan bawaan atau infeksi, yang menyebabkan tekanan bagi anak dan keluarga. Tidak seperti fistula dewasa, kasus pediatrik memerlukan perawatan khusus yang mengutamakan pengobatan yang lembut dan efektif serta dukungan emosional.
Memahami Fistula Ani pada Anak
Fistula ani adalah terowongan abnormal yang menghubungkan saluran anus atau rektum ke kulit di dekat anus, yang sering kali disebabkan oleh abses atau masalah mendasar lainnya. Fistula ani pada anak sebenarnya jarang terjadi tetapi dapat muncul karena penyebab yang berbeda dibandingkan dengan orang dewasa.
Kondisi ini dapat muncul sebagai lubang kecil dekat anus yang mengeluarkan cairan, nyeri, atau pembengkakan, yang dapat disalahartikan sebagai masalah anak yang lebih umum seperti ruam popok atau infeksi. Karena anak-anak mungkin tidak dapat mengungkapkan ketidaknyamanan mereka dengan jelas, orangtua dan dokter anak harus waspada terhadap tanda-tanda yang tidak kentara. Diagnosis dan pengobatan dini sangat penting untuk mencegah komplikasi, seperti infeksi berulang atau nyeri kronis, sekaligus memastikan kenyamanan dan kesejahteraan anak.
Baca Juga: Menemukan Dokter Fistula Berpengalaman
Penyebab Fistula Ani pada Anak
Fistula ani pada anak-anak berasal dari berbagai penyebab yang jarang terjadi tetapi signifikan, yang sering kali terkait dengan proses perkembangan atau infeksi. Memahami hal ini membantu orang tua dan dokter mengidentifikasi kondisi tersebut sejak dini:
1. Kelainan Bawaan
Beberapa anak terlahir dengan kelainan struktural di daerah anorektal, seperti anus imperforata atau malformasi anorektal. Kelainan ini dapat menyebabkan terbentuknya fistula, karena hubungan jaringan abnormal dapat bertahan atau membentuk abses pascaoperasi. Fistula bawaan sering terdeteksi pada masa bayi selama pemeriksaan rutin atau ketika gejala seperti kesulitan buang air besar muncul.
2. Infeksi dan Abses
Abses perianal, meskipun lebih jarang terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa, dapat menyebabkan fistula jika tidak diobati. Abses ini dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, yang sering dikaitkan dengan iritasi popok, kebersihan yang buruk, atau kekebalan tubuh yang lemah. Pada anak-anak, abses dapat keluar secara spontan tetapi meninggalkan saluran fistula.
3. Trauma atau Pembedahan
Trauma pada daerah anus, seperti akibat cedera yang tidak disengaja atau prosedur pembedahan (misalnya, koreksi kelainan bawaan), dapat merusak jaringan dan menimbulkan fistula. Fistula pasca-pembedahan merupakan komplikasi yang diketahui dalam kasus kolorektal pediatrik yang kompleks.
4. Penyakit Radang Usus (IBD)
Meski jarang terjadi pada anak kecil, penyakit Crohn dapat menyebabkan fistula perianal akibat peradangan kronis. Kondisi ini lebih umum terjadi pada anak yang lebih besar atau remaja, di mana fistula mungkin merupakan tanda awal IBD yang tidak terdiagnosis.
5. Kondisi Langka Lainnya
Kondisi seperti tuberkulosis atau infeksi kulit kronis, dalam kasus yang jarang terjadi, dapat menyebabkan pembentukan fistula pada anak-anak, terutama di daerah dengan tingkat infeksi yang tinggi.
Penyebab-penyebab ini menyorot pentingnya evaluasi khusus, karena fistula pediatrik sering kali menandakan masalah mendasar yang memerlukan perawatan terarah.
Gejala
Gejalanya bisa jadi tidak kentara dan mudah mengsalahartikan sebagai kondisi lain, sehingga pengawasan orangtua sangat penting. Tidak seperti orang dewasa, anak-anak mungkin tidak bisa mengungkapkan rasa sakit atau ketidaknyamanan secara verbal, sehingga gejalanya sering kali muncul melalui perilaku atau tanda-tanda fisik:
- Masalah Popok yang Berkepanjangan : Ruam yang berulang, kemerahan, atau luka di dekat anus yang tidak hilang dengan perawatan standar dapat mengindikasikan adanya fistula.
- Keputihan Tidak Normal : Nanah, darah, atau tinja yang keluar dari lubang kecil dekat anus, sering terlihat saat mengganti popok atau mandi.
- Mudah tersinggung atau tidak nyaman : Bayi atau balita mungkin menangis saat buang air besar, mengganti popok, atau saat duduk, yang menandakan adanya nyeri pada anus.
- Pembengkakan atau Benjolan : Benjolan atau pembengkakan kecil dan nyeri di dekat anus, terkadang disalahartikan sebagai bisul atau abses.
- Infeksi Berulang : Abses perianal atau infeksi yang sering muncul kembali meskipun telah diobati.
- Demam atau Kelesuan : Pada kasus infeksi aktif, anak-anak mungkin menunjukkan tanda-tanda sistemik seperti demam atau berkurangnya energi.
Gejala-gejala ini berbeda dengan gejala pada orang dewasa karena ketidakmampuan anak-anak untuk berkomunikasi dengan jelas dan tumpang tindih dengan masalah umum pada anak-anak seperti dermatitis popok. Orang tua harus memperhatikan tanda-tanda yang terus-menerus atau tidak biasa dan berkonsultasi dengan dokter anak atau spesialis fistula untuk evaluasi.
Mengidentifikasi Penyakit
Mendiagnosis fistula ani pada anak memerlukan pendekatan yang lembut dan tepat untuk menghindari tekanan sekaligus memastikan keakuratan. Fistula pediatrik bisa jadi rumit, terutama jika dikaitkan dengan kelainan bawaan atau penyakit Crohn, jadi peralatan khusus sangat penting.
- Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan lembut pada area perianal, seringkali dengan pemberian sedatif ringan untuk memberikan rasa nyaman, mengidentifikasi lubang fistula atau abses yang terlihat.
- Ultrasonografi Endoanal : Teknik pencitraan non-invasif ini memetakan jalur fistula, menilai kedalamannya, dan keterlibatan sfingter. Aman untuk anak-anak dan terhindar dari radiasi.
- MRI Pelvis : Untuk fistula kongenital yang kompleks atau yang diduga, MRI memberikan gambar terperinci, yang memandu perencanaan pembedahan. Sedasi memastikan anak tetap tenang.
- Kolonoskopi (jika Diperlukan) : Dalam kasus dugaan penyakit Crohn, dokter spesialis gastroenterologi anak dapat melakukan kolonoskopi untuk mengevaluasi peradangan usus.
ika Anda melihat gejala seperti masalah popok yang terus-menerus atau keluarnya cairan dari anus, jangan menunggu. Segera melakukan pemeriksaan dengan dokter.