You are currently viewing HIV Bisa Jadi Penyebab Fistula Ani, Begini Penjelasannya!

HIV Bisa Jadi Penyebab Fistula Ani, Begini Penjelasannya!

Penyebab fistula ani paling umum adalah terbentuknya abses di sekitar anus. Namun, selain karena abses anus ada beberapa kondisi kesehatan yang ternyata dapat meningkatkan risiko penyebab fistula ani. Salah satunya adalah seseorang yang mengidap HIV. Mengapa hal ini bisa terjadi? Sebelum mengetahui mengapa HIV bisa meningkatkan risiko fistula ani, ketahui lebih lanjut mengenai HIV. Simak penjelasannya berikut ini.

Apa Itu HIV?

HIV atau human immunodeficiency virus merupakan infeksi virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Virus ini secara spesifik menyerang sel CD4 yang menjadi bagian penting dalam perlawanan infeksi. Hilangnya sel CD4 akan melemahkan fungsi sistem imun tubuh manusia secara drastis.

Kemudian akan mengakibatkan  HIV akan membuat tubuh seseorang rentan mengalami berbagai penyakit infeksi dari bakteri, virus, jamur, parasit, dan patogen merugikan lainnya. Lebih lanjut, infeksi HIV yang sudah sangat parah dan tidak segera mendapatkan penanganan yang tepat  akan menyebabkan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome).

Indonesia Darurat HIV/AIDS

Penularan infeksi HIV di Indonesia kian meningkat setiap tahunnya dan hal ini harus diwaspadai. Kementerian Kesehatan RI melaporkan hingga Juni 2022, ada 522.674 kasus HIV yang tercatat di Indonesia. DKI Jakarta menjadi provinsi kasus terbanyak dengan nyaris 100 ribu kasus. Meskipun cenderung fluktuatif, data kasus HIV AIDS di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun.

Data per Juni  tahun 2019, jumlah penderita  di Indonesia sebanyak 349.883.  Sementara itu, berdasarkan laporan Ditjen P2P, Kemenkes RI pada, 29 Mei 2020,  Triwulan I Tahun 2020 jumlah kasus secara nasional sebanyak 388.724. Kemudian, secara akumulatif, menurut data Kementerian Kesehatan, jumlah orang dengan HIV yang dilaporkan sampai Maret 2021 mencapai 427.201 orang.  Berarti, dalam kasus ini ada peningkatan pada jumlah penderita HIV.

Bagaimana Penularan HIV Terjadi?

Angka kematian akibat penyakit ini masih cukup tinggi. Menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC), penularan HIV hanya bisa terjadi lewat perantara cairan tubuh tertentu. Cairan tubuh tersebut antara lain darah, air mani, cairan pra-ejakulasi, cairan anus, cairan vagina, dan ASI.

Namun, agar virus ini dapat berpindah dari orang yang terinfeksi, cairan tersebut haruslah masuk ke dalam tubuh orang yang sehat melalui jalur berikut. Berikut beberapa faktor risiko penularan HIV, antara lain:

  • Melakukan hubungan intim tanpa kondom, baik hubungan sesama jenis maupun heteroseksual.
  • Sering membuat tato atau melakukan tindik.
  • Terinfeksi penyakit seksual lain.
  • Pengguna narkotika suntik.
  • Orang yang berhubungan intim dengan pengguna narkotika suntik.

Di Indonesia penularan penyakit ini paling banyak  melalui hubungan intim yang tidak aman dan bergantian menggunakan jarum suntik yang tidak steril saat memakai narkoba.

Bagaimana Hubungan HIV dengan Penyebab Fistula Ani?

Orang yang mengidap HIV  rentan mengalami berbagai penyakit, salah satunya fistula ani. Pasalnya, infeksi virus ini menyebabkan sistem kekebalan tubuh menjadi lemah, sehingga penyakit lain juga mudah muncul sebagai komplikasi. HIV sama sekali tidak boleh menganggapnya sepele.

Fistula ani merupakan erbentuknya saluran kecil antara ujung usus dan kulit pada sekitar anus. Ada banyak hal yang bisa memicu kondisi ini, termasuk riwayat penyakit.  Fistula ani biasanya terjadi berbarengan dengan penyakit seperti tuberkulosis, penyakit crohn, penyakit menular seksual, hingga kanker dan infeksi HIV.

Penyebab Fistula Ani dan Gejalanya

Fistula ani umumnya akibat infeksi pada kelenjar anus, sehingga menyebabkan penumpukan nanah atau abses. Semakin lama, tumpukan nanah tersebut akan membentuk saluran pada bawah permukaan kulit dan mengakibatkan infeksi. Gejala utamanya adalah muncul rasa nyeri pada anus dan terdapat lendir atau darah saat buang air kecil atau buang air besar.

Selain itu, juga bisa menyebabkan perubahan warna kulit sekitar anus menjadi lebih merah, terasa gatal, dan nyeri, demam, dan mudah merasa lemas.

Tumpukan nanah yang meningkatkan risiko penyakit ini sebenarnya bisa mengering dengan sendirinya atau setelah mendapat penanganan medis. Risiko terjadinya infeksi pemicu penyakit fistula ani tergolong tinggi terutama pada orang yang memiliki gangguan kekebalan tubuh, termasuk penderita  HIV.

Untuk penanganannya, bergantung pada lokasi dan tingkat keparahannya. Adapun tujuan pengobatannya adalah untuk mengeluarkan nanah dan menghilangkan fistula dengan tetap melindungi otot-otot anus. Pengobatan fistula ani adalah dengan cara operasi. Ada berbagai jenis operasi untuk mengatasi penyakit ini, namun manakah yang tepat harus melakukan konsultasi dan pemeriksaan dengan dokter lebih dulu.  Lebih lanjut, seseorang yang mengidap HIV, sebaiknya mengatakan dengan jujur kepada dokter dengan begitu dokter akan lebih mudah memberikan saran pengobatan yang tepat.

 

Tinggalkan Balasan